Almamater adalah sebuah potongan dari slogan Alma Mater
Studiorum (yang dipakai juga sebagai slogan Universitas Bologna, Italia),
yang dalam bahasa Indonesia diartikan: Ibu
yang Memelihara pada Pendidikan. Dahulu istilah Alma Mater sering merujuk
pada dewi-dewi maternal pada Romawi kuno dan Bunda Perawan Maria pada masa
Kristen bangkit.
Dalam masa modern ini, alma mater merujuk pada sebuah institusi (sekolah, universitas atau kolese) di mana seseorang belajar. Lalu, muncul lagi pernyataan tentang mencintai almamater kita. Bagaimana harus mengembangkannya dan seberapa pentingkah?
Mencintai almamater tidak hanya menjadi kewajiban bagi para
tenaga pengajar seperti dosen dan pihak-pihak akademik, melainkan tanggung jawab
moral milik mahasiswa sebagai pengemban status peserta didik. Akan selalu ada
konsekuensi yang harus dipenuhi dalam mencintai suatu hal, salah satunya adalah
kemauan untuk memahami apa yang kita cita-citakan terhadap apa yang kita cintai
itu.
Kita masing-masing memiliki mimpi yang besar, harapan yang
tinggi, kebergantungan pada runutan-runutan doa tiap malam, memohon agar dipermudah jalan hidup setelah lulus dari
institusi ini (yang hanya berupa sesuatu yang tak hidup). Kita pastinya akan
membusungkan dada setelah lulus dan diterima di berbagai industry, kita haus
akan pujian.
“Sudah kerja ya? Pasti
lulusan AKA.”
“Wah lulusan AKA keren
nih.”
“Oh, yang kampus D3
Analis Kimia yang akreditasinya A itu bukan?”
Membayangkan saja sudah menyenangkan, apalagi ketika hal itu
benar-benar terjadi? Kita tinggi di mata rekan kerja dan atasan karena label
almamater kita.
Pertanyaannya, bagaimana jika suatu ketika almamater ini
tidak lagi dibungkus dengan sesuatu yang luar biasa karena kecerobohan kita
yang lalai untuk senantiasa mendoakan? Memang tidak ada yang bisa kita lakukan
selain mengoptimalkan nilai jual kita atas ilmu yang telah didapat dari kampus.
Mari, mengupayakan yang terbaik bagi almamater sebagai wujud
apresiasi atas apa-apa yang telah kita dapatkan di sana.
0 komentar:
Posting Komentar